FASILITATOR STUNTING. Persoalan stunting hingga saat ini masih menjadi agenda pembangunan nasional, dan Kabupaten Biak Numfor menjadi salah satu kabupaten prioritas dari 400-an Kabupaten/Kota di Indonesia.
Stunting tidak hanya mengenai pertumbuhan anak yang terhambat, namun juga berkaitan dengan 1000 (Seribu) Hari Pertama Kehidupan (HPK). Hal ini menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang dibawah rata-rata, dan biasa berakibat pada prestasi sekolah yang buruk.
Demikian Disampaikan Bupati Biak Numfor Herry Ario Naap, S.Si.,M.Pd salam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Staf Ahli I Bupati, Simon Rumaropen saat membuka Penyiapan Tenaga Fasilitator Tingkat Kabupaten Dalam Upaya Pencegahan Penurunan Angka Prevalensi Stunting, di Hotel Intsia Biak, Senin (21/11) kemarin.
Menyikapi antisipasi terjadinya stunting, maka tenaga-tenaga fasilitator ini disiapkan untuk nantinya membantu melakukan pemahanan ataupun informasi serta kampanye tentang perlunya melakukan langkah-langkah antisipasi di masyarakat.
Menurut WHO, batasan prevalensi stunting suatu wilayah sebesar 20 persen. Secara nasional prevalensi stunting menurun dari 37,2 persen menjadi 30,8 persen. Meskipun sudah menurun, tetapi masih jauh dari batasan WHO.
“Stunting perlu kita antisipasi dan cegah di masyarakat secara bersama, baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah desa, individu, komunitas, CSR, lembaga donor, maupun swasta, harus bersinergi dan bersatu, dalam upaya penanggulangan stunting,” ujarnya.
Sesuai dengan strategi nasional dalam penanggulangan stunting, telah ditetapkan 5 (lima) pilar pencegahan stunting, antara lain komitmen dan visi kepemimpinan, kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku, konvergensi, koordinasi dan konsolidasi program pusat, daerah dan desa/kampung, ketahanan pangan dan gizi, dan pemantauan dan evaluasi.
Dalam rangka pelaksanaan strategi tersebut, maka perlu diadakan Penyiapan Tenaga Fasilitator Tingkat Kabupaten, dengan tema : meningkatkan kemitraan dan tim pendamping keluarga dalam upaya pencegahan dan penurunan angka prevalensi stunting.
Kunci pencegahan dan penanganan kasus stunting adalah di 1000 (Seribu) Hari Pertama Kehidupan (HPK), sehingga perhatian kepada Calon Pengantin, Ibu Hamil, dan Balita di bawah dua tahun (baduta), baik melalui intervensi gizi spesifik, maupun intervensi sensitive, perlu terus kita upayakan.
“Terkait hal ini, saya minta, intervensi tidak hanya dilakukan oleh sector kesehatan saja, tetapi juga dilaksanakan oleh sector yang lain. Karena tingkat keberhasilan program ini juga sangat dipengaruhi sector non kesehatan, dengan proporsi dukungan mencapai 70 persen,” ujar Rumaropen
Dukungan dimaksud seperti, melalui pembangunan sanitasi, air bersih, penyediaan pangan yang aman dan bergizi, dan utamanya pemahaman secara baik, serta kepedulian masing-masing individu, berikut masyarakat, untuk mengoptimalkan perannya, dalam upaya penanggulangan stunting.(**)
10 November 2024